Tampilkan postingan dengan label Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Islam. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 27 Oktober 2012

Tentang guru kulo Al Habib Abdul Hadi bin Zein Baraqbah

Tentang guru kulo Al Habib Abdul Hadi bin Zein Baraqbah


Sebenarnya sudah lama saya ingin menuliskan setiap perkataan dari guru saya al habib Abdul Hadi bin Zein Baraqbah tetapi kemalasan ini selalu menghalangi keinginan saya. Padahal sebuah ilmu itu perlu dicatat, supaya bisa dipelajari terus menerus dan manusia itu mempunyai sifat pelupa, bisa jadi gara-gara tidak dicatat yang ada ilmu yang didapat hilang entah kemana.

Guruku ini menurutku luar bisa tawadhunya, beliau jjuga dalam menyampaikan ilmunya tidak main-main, tidak asal ngomong. Yang beliau sampaikan kepada saya, pasti sudah dilakukan terlebih dahulu atau beliau sudah membuktikannya dahulu. Kadangkan ada yang memberi ilmu tetapi cuma "JARKONI"(ngaJAr oRa dilaKONI), itulah kenapa saya sangat mantep dengan beliau.

Selama saya berguru dengan beliau, alhamdulillah banyak perubahan yang saya alami yang paling mencolok perubahan dalam diri ini adalah yang dulunya saya tidak nurut sama orangtua sekarang agak mendingan.

Guruku sangat bermasyarakat, beliau bisa memposisikan keadaan ketika memberikan ilmunya. Dengan perumpaan-perumpaan yang tepat yang tidak menyinggung perasaan sang tamu. Adab beliau sama tamu saya acungi jempol deh, tua muda kaya miskin semuanya diterima dan dirangkul. Beliau juga sangat handal dalam memposisikan keadaan kalau ada yang tamu. Meskipun umurnya sudah terbilang sepuh, apabila yang datang atau bertamu anak muda beliau ajak bercanda dengan hal-hal yang bermanfaat, pokoknya salut sama beliau.

Selama ini baru kutemui guru seperti beliau, itu sebabnya yang membuat saya sering pulang ke Tegal.
Saya pulang ke Tegal yang pertama cuma ingin bertemu sama orangtua dan yang kedua sowan ke guru saya yaitu al habib Abdul Hadi bin Zein Baraqbah.
Do'a saya untuk beliau "Ya Allah dengan beliau lah aku merasa nyaman, aku merasa bahagia, aku merasa hidup itu bermakna, beliau lah yang mengenalkanku untuk lebih dekat dengan Mu dan Rosul maka berikanlah umur yang panjang untuk beliau, berilah kesehatan untuk beliau, aamiin".

Selasa, 13 Maret 2012



Dua Sebab Siksa Di Alam Kubur
Senin, 05 Maret 2012


عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ : إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
(صحيح البخاري)
“Dari Ibn Abbbas Ra berkata, Nabi SAW melewati dua kuburan dan bersabda: “Sungguh keduanya tersiksa, dan bukan tersiksa sebab dosa yang sangat besar, namun salah satunya tidak menutup aurat (membuka auratnya dihadapan orang lain) saat buang air kecil, dan yang satunya sering mengadu domba orang lain, lalu beliau SAW mengambil sehelai daun yang masih segar, dan membelahnya menjadi dua, dan menaruhnya masing-masing helai di masing masing kubur tersebut, maka orang orang bertanya: Wahai Rasulullah, untuk apa engkau perbuat itu?, maka beliau SAW bersabda: semoga diringankan untuk keduanya sebelum potongan daun ini mengering” (Shahih Bukhari)
ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Memiliki segenap kemuliaan dan keluhuran dan Melimpahkan kepada hamba-hambaNya. Segenap alam semesta di langit dan bumi diciptakan dari ketiadaan, alam dunia, alam barzakh dan alam akhirat, dan segenap alam yang telah dicipta oleh Allah subhanahu wata’ala baik yang kita ketahui atau pun yang tidak kita ketahui. Dan dari awal penciptaan makhluk sejak itu pula tercantum bahwa semulia-mulia makhluk adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan Allah subhanahu wata’ala telah menjadikan sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai gerbang kasih sayang bagi segenap anugerah dan rahmat Allah subhanahu wata’ala, yang mana dengan kebangkitan sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hal itu menjadikan rahmat Allah berlimpah dan terbuka untuk kita semua, dan segenap anugerah Allah yang berupa kenikmatan di dunia dan di akhirat adalah bagian dari rahmat Allah subhanahu wata’ala, dan rahmat Allah subhanahu wata’ala itu telah sampai kepada kita, yaitu sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari 14 abad yang silam. Yang mana cahaya risalah kenabian berlanjut dari periode ke periode, dari generasi ke generasi, hingga telah lewat 14 abad yang silam akan tetapi sampai saat ini kita masih berada dalam cahaya risalah yang terang benderang, cahaya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ketahuilah bahwa kenikmatan dan segala kebahagiaan yang dicipta oleh Allah subhanahu wata’ala terbagi menjadi dua bagian, yaitu kenikmatan di dunia dan kenikmatan di akhirat. Dan sungguh beruntung mereka yang menjadikan kenikmatan di dunia sebagai pembuka kenikmatan di akhirat kelak, sebaliknya merugilah mereka yang menjadikan kenikmatan dunia sebagai alat untuk melewati kehidupan yang membuat mereka jauh atau bahkan melupakan Allah subhanahu wata’ala karena terlarut hanya dalam kenikmatan dunia, sehingga mereka menghadapi kehidupan dunia yang fana dengan penuh kenikmatan, dan kehidupan akhirat yang kekal akan dihadapi dalam kehinaan, wal’iyadzubillah (semoga Allah melindungi dan menjauhkan kita dari hal tersebut).
Senantiasalah ingat akan firman Allah subhanahu wata’ala:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
( آل عمران : 185 )
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. ( QS. Ali Imran : 185 )
Kehidupan dunia hanyalah kehidupan fana yang penuh dengan permainan, sandiwara dan tipuan-tipuan belak. Maka dalam kehidupan fana yang penuh dengan permainan dan tipuan ini, Allah subhanahu wata’ala menerbitkan matahari penerang kehidupan, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana telah Allah sebutkan dalam Al qur’an sebagai “ Penyeru kepada Allah dan pelita yang terang benderang”, sebagaimana firmanNya :
وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
( الأحزاب : 46 )
“Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi”. ( QS. Al Ahzab : 46 )
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah penyeru manusia ke jalan Allah subhanahu wata’ala dan sebagai pelita yang terang benderang, yang menerangi kehidupan kita dan menyejukkan sanubari kita serta mempermudah segala kesulitan dalam kehidupan kita. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
( الطلاق : 2 )
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” ( QS. At Thalaq: 2 )
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
( الطلاق : 4 )
“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” ( QS. At Thaalaq : 4 )
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
( الطلاق : 5 )
“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” ( QS. At Thaalaq : 5 )
Dan bagaimana cara kita bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala, panutan kita dalam hal ini adalah pimpinan kita sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang membawa kita kepada keluhuran dan kemudahan, membawa kita kepada ketenangan, membawa kita kepada kesejukan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat, maka panutlah beliau dalam menghadapi kehidupan kita di dunia ini.
Sampailah kita pada hadits luhur, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam suatu waktu melewati dua kuburan, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa kedua penghuni kuburan tersebut sedang disiksa di dalam kuburan mereka, hal ini menunjukkan bahwa beliau mengetahui dan mendengar siksa kubur. Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa mereka tidaklah disiksa sebab perbuatn dosa besar, kemudian beliau mengambil selembar daun yang masih basah lalu membelahnya menjadi dua bagian, yang masing-masing bagian diletakkan di atas kedua kuburan tersebut. Para sahabat yang melihat hal tesebut lantas bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengapa beliau melakukan hal itu, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :“Semoga Allah meringankan siksaan kedua orang ini sebelum daun itu mengering”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa mereka disiksa bukan karena perbuatan dosa yang sangat besar, karena juga dijelaskan dalam riwayat yang lainnya di dalam Shahihul Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa hal tersebut bukanlah perbuatan dosa yang sangat besar, lantas beliau terdiam dan kemudian berkata : “akan tetapi termasuk dosa besar”, maka untuk mempermudah pemahaman dari hadits tersebut adalah bahwa perbuatan itu bukanlah termasuk dosa yang sangat besar seperti syirik, membunuh, berzina dan yang lainnya, namun hal tersebut termasuk dosa besar di sisi Allah subhanahu wata’ala, dan perbuatan tersebut sering dan banyak diremehkan oleh orang. Perbuatan dosa yang dilakukan kedua penghuni kubur itu, yang pertama adalah tidak menutupi aurat ketika membuang air kecil, yaitu membuang air kecil di hadapan orang lain. Mungkin anak kecil yang belum baligh masih banyak yang membuang air kecil dihadapan orang, namun seorang anak yang sudah baligh seharusnya tidak memperbuat hal tersebut, maka selayaknya bagi setiap orang tua untuk mengajari anak-anaknya agar tidak membuang air kecil sembarangan hingga terlihat auratnya oleh orang lain, dan aurat tidak boleh terlihat bukan hanya ketika membuang air kecil saja namun dalam segala keadaan. Kemudian dosa yang kedua adalah banyak mengadu domba orang lain (namiimah), menukil ucapan Hujjatul Islam Al Imam An Nawawi bahwa makna “Namiimah” adalah menyampaikan ucapan orang kepada yang lainnya kemudian memunculkan kebencian antara satu dengan yang lainnya, sehingga mereka saling bermusuhan akibat perbuatan tersebut. Maka tentunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat bahwa kedua orang penghuni kubur tersebut adalah ummat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang ditimpa kesulitan di dalam kubur mereka, dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak rela hal itu terjadi atas ummatnya, akan tetapi meskipun mereka telah berbuat dosa namun masih tetap diberi syafaat oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu dengan meletakkan daun di atas kedua kubur tersebut agar diringankan siksa kubur mereka sebelum daun itu mengering. Maka hadits ini menjadi dalil bahwa syafaat nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam tidak hanya ada ketika di hari kiamat saja, namun syafaat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bisa terjadi di alam barzakh (kubur) bahkan di alam dunia, karena beliau sangat peduli terhadap ummatnya dan tidak rela jika kesulitan menimpa mereka, dimana segala sesuatu yang membuat ummatnya sulit atau dalam masalah, maka hal tersebut juga membuat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam merasa sulit. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
( التوبة : 128 )
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” ( QS. At Taubah : 128 )
Jika diantara kita tertimpa kesulitan atau musibah, maka hal itu juga akan memberatkan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga beliau sangat menjaga ummatnya dengan tuntunan-tuntunan mulia beliau agar terjauhkan dari segala kesulitan baik di dunia atau di akhirat, begitu juga dengan doa-doa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk ummatnya dari zaman beliau hingga di akhir zaman, serta dengan syafaat kubra kelak di hari kiamat. Inilah indahnya nabi kita, yang paling peduli kepada kita, di saat semua kekasih kita melupakan kita, orang-orang yang mencintai kita akan meninggalkan dan melupakan kita jika mereka bukanlah termasuk orang-orang yang shalih, namun nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan pernah melupakan ummatnya selama mereka masih mengakui kalimat syahadat :
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهَ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله
“ Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah”
Meskipun barangkali diantara mereka masih ada yang akan melewati kehidupan yang sulit kelak di akhirat, namun kesulitan itu tidak akan abadi karena semua kesulitan ummat ini akan berakhir dengan syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita berharap agar semua kesulitan kita di dunia dan di akhirat termudahkan dengan syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Di majelis yang mulia ini, majelis kecintaan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam karena majelis ini tidak kita buka dan tidak kita tegakkan kecuali untuk menuntun ummat menuju cinta kepada Allah subhanahu wata’ala dan kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, oleh sebab itu majelis ini diberi nama dengan “Majelis Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam” , serta untuk menuntun ummat menuju kebahagiaan dan keluhuran dengan bersatu dalam satu barisan bersama para salafusshalih, para muqarrabin, para awliyaa’ dan para syuhadaa’ dan shalihin dan bersama pemimpin seluruh orang-orang yang mulia, pemimpin semua manusia sejak zaman nabi Adam As, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dimana seluruh alam semesta mengenal dan mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali para pendosa dari kalangan manusia dan jin yang tidak mengenal beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Shahihul Bukhari dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda seraya menunjuk kepada gunung Uhud :
إِنَّ أُحُدًا جَبَلٌ يُحِبُّنَا وَنُحِبُّهُ
“ Sesungguhnya Uhud adalah gunung yang mencintai kami, dan kami pun mencintainya”
Gunung Uhud hanyalah tumpukan batu namun ternyata juga mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan cintanya dijawab oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, maka terlebih lagi cinta kita kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam seharusnya melebihi cinta gunung Uhud itu, dan kepedulian kita terhadap beliau dan dakwah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam akan berganti dengan cinta beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita, serta limpahan anugerah dari Allah subhanahu wata’ala berupa kemuliaan-kemuliaan yang Allah berikan untuk kita dalam kehidupan dunia yang dari sana akan muncul kemuliaan dalam kehidupan akhirat kelak, insyaallah.
Dan layak kita fahami bahwa dalam kehidupan ini, kita telah mendapatkan anugerah besar yang berupa kalam Allah subhanahu wata’ala, yaitu Al qur’anul Karim yang merupakan surat kasih sayang Allah yang menuntun kita untuk mencintai dan dicintai Allah subhanahu wata’ala yang dibawa oleh sang pembawa Al qur’an sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana Al quran itu berisi kalimat-kalimat suci dari Allah subhanahu wata’ala yang layaknya menerangi hari-hari dalam kehidupan kita, layaknya menerangi bibir kita, layaknya menerangi rumah-rumah kita, dan selayaknya menerangi jiwa-jiwa kita. Namun saat ini lihatlah bagaimana keadaan rumah-rumah kita, barangkali di sebagian rumah telah berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan tidak terdengar suara lantunan kalimat-kalimat Allah dibacakan, tidak ada orang yang membaca Al qur’an di dalamnya, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ اَلْبَيْتَ الَّذِيْ يُقْرَأُ فِيْهِ اْلقَرْآنُ يَتَرَاءَى لِأَهْلِ السَّمَاءِ كَمَا تَتَرَاءَى النُّجُوْمُ لِأَهْلِ اْلأَرْضِ
“ Sesungguhnya rumah yang didalamnya dibacakan Al quran maka akan terlihat oleh penduduk langit (malaikat) sebagaimana terlihatnya bintang-bintang oleh penduduk bumi”
Rumah-rumah yang didalamnya dibacakan Al qur’an tampak terang benderang oleh penduduk langit, maka bagaimanakah keadaan rumah-rumah kita, apakah terlihat gelap seperti gelapnya malam, ataukah terlihat berpijar seperti bintang dan terlihat indah dari langit oleh para malaikat Allah. Maka terangilah rumah-rumah kita dengan Al qur’an, terangilah bibir-bibir kita dengan kalimat-kalimat Allah subhanahu wata’ala.
Alhamdulillah di majelis ini kita telah membuka Halaqaturrasul yang ditujukan untuk mereka yang ingin membaca Al qur’an secara berkelompok, dimana membaca Al qur’an sendiri pun hal itu adalah baik, namun jika membacanya secara berkelompok bersama dengan orang lain maka kemuliaan yang didapati pun akan bertambah banyak, dimana setiap orang akan menjadi pengajar, pelajar, pendengar dan pembaca Al qur’an. Seseorang akan menjadi sebagai pelajar, karena ketika ia membaca Al qur’an dan dalam bacaannya terdapat kesalahan maka orang lain akan membenarkan bacaannya, maka dari pembetulan itu ia telah belajar. Dan ia disebut sebagai pengajar ketika ia membetulkan bacaan orang lain yang salah atau kurang tepat, serta disebut pula sebagai pendengar ketika seseorang mendengarkan orang lain membaca sehingga pendengarannya mendapatkan cahaya dari bacaan itu, dan disebut sebagai pembaca ketika seseorang mendapatkan bagian untuk membaca sehingga bercahayalah bibirnya dengan bacaan tersebut, dan hal itu merupakan hal yang sangat agung di sisi Allah subhanahu wata’ala, demikianlah tujuan dari dibentuknya Halaqaturrasul ini sebagaimana yang diinstruksikan oleh guru mulia kita untuk dimakmurkan di Majelis Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa sebaik-baik manusia yang berjalan di atas bumi adalah para pengajar Al qur’an, dimana jika ia mengatakan kepada seorang anak kecil untuk mengucapkan بسم الله الرحمن الرحيم kemudian anak itu mengucapkannya, maka Allah akan menentukan untuk anak itu, dan orang yang mengajarnya serta untuk kedua orang tua anak itu pembebasan dari api neraka. Maka terlebih lagi jika yang diajarkan adalah Al qur’an hingga khatam, seperti pembacaan Al qur’an secara berkelompok yang didalamnya tercakup pembelajaran dan pengajaran Al qur’an.
Barangkali hari-hari kita terlewatkan dan pendengaran dan pengucapan kita ada pada hal-hal yang tidak diridhai Allah, bagaimana keadaan bibir kita, telinga kita, pengucapan kita dan pendengaran kita akan hal-hal yang diridahi Allah subhanahu wata’ala. Seberapa banyak kita mendengar atau membaca kalimat-kalimat Allah yang begitu indah, dan seberapa banyak kita mengucapkan dan mendengarkan kalimat-kalimat selain Al qur’an, seberapa peduli kita akan kalimat-kalimat Allah dan seberapa peduli kita terhadap selain Al qur’an. Mungkin banyak dari sebagian rumah-rumah kita yang jauh dari cahaya Al qur’an Al Karim, namun sebagian dari kita telah menata waktu dalam setiap harinya, misalnya ketika berada di rumah pada jam sekian akan acara ini dan itu di Tv maka aku harus mendengarkannya dan yang lainnya, kesemuanya ditata dengan tertib agar tidak terlewatkan padahal hal-hal tersebut hanyalah kefanaan yang sia-sia dan tiada akan menuntun kepada keluhuran namun barangkali menuntun kepada kehinaan. Akan tetapi adakah seseorang yang peduli untuk mengatur waktunya pada jam tertentu untuk membaca Al qur’an?, sebagaimana waktu sebelum masuk waktu subuh sangat dianjurkan untuk membaca Al qur’an, begitu pula sebelum terbitnya matahari dan setelah terbenamnya matahari, bahkan di waktu kapanpun dan dimana pun disunnahkan untuk membaca Al qur’anul Karim, kecuali di tempat-tempat yang hina seperti kamar mandi dan lainnya. Maka terangilah waktu-waktu kita dengan cahaya Al qur’an, yang mana Al quran adalah kalam Allah subhanahu wata’ala yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ingatlah bahwa Allah subhanahu wata’ala menciptakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebagai lambang cinta Allah subhanahu wata’ala, lambang kasih sayang Allah subhanahu wata’ala terhadap hamba-hambaNya, dan dengan kasih sayang itu Allah memberikan kenikmatan di dunia kepada semua manusia yang beriman atau pun yang tidak beriman, dan terdapat pula kasih sayang dan kelembutan yang hanya diberikan kepada manusia yang beriman kelak di akhirat. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari bahwa ketika Allah subhanahu wata’ala telah selesai membangun ‘arsy dan seluruh alam semesta, kemudian Allah menuliskan di atas ‘arasy :
إِنَّ رَحْمَتِيْ تَغْلِبُ غَضَبِيْ
“ Sesungguhnya rahmatKu (kasih sayang) mengalahkan kemurkaanKu”
Oleh sebab itu layaklah jika para shalihin dan para wali Allah dan orang-orang yang beriman sangat mencintai dan rindu kepada Allah subhanahu wata’ala lebih dari kecintaan mereka kepada selain Allah subhanahu wata’ala. Syaikh Ibrahim Al Khawwas Ar dalam kitab Ihyaa’ Ulumuddin sambil memegang dadanya dan mengalir air matanya beliau berkata :
وَاشَوْقَاهْ لِمَنْ يَرَانِيْ وَلاَ أَرَاهُ
“ Sungguh rindunya aku pada Yang melihatku (Allah) dan aku tidak melihatNya”
Dan kerinduan orang-orang shalih seperti mereka ditumpahkan dalam munajat yang sangat agung dan sering kita dengar, yaitu :
اَللّهُمَّ ارْزُقْنَا النَّظَرَ إِلَى وَجْهِكَ اْلكَرِيْمِ
“ Ya Allah limpahkanlah rizeki kepada kami untuk memandang dzatMu yang mulia”
Ketika kita telah mencintai Allah subhanahu wata’ala, maka kita haruslah menyayangi hamba-hamba yang telah diciptaNya, diantara meraka adalah keluarga, kerabat kita, tetangga dan teman-teman kita, dan yang lainnya. Orang yang menyayangi segenap ummat Islam dengan menginginkan untuk tidak datang musibah atas mereka, maka ia adalah pemilik jiwa yang sama dengan jiwa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, satu pemikiran dan satu niat dengan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana beliau senantiasa berdoa untuk ummatnya agar terjauhkan dari segala musibah.
Semoga Allah subhanahu wata’ala menjauhkan musibah dari kita dan semua ummat ini, serta mengabulkan segala hajat kita dan semua hajat ummat ini, Ya Rahman Ya Rahiim permudahlah segala kesulitan dan bukalah segala pintu keluhuran, angkatlah segala penghalang kami untuk mencapai kemuliaan, keluhuran, dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Wahai Yang Maha Memiliki dunia dan akhirat dan kebahagiaannya limpahkanlah kepada kami kebahagiaan di dunia dan akhirat dan jauhkan kami dari api neraka…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.
Terakhir Diperbaharui ( Monday, 12 March 2012 )

Jumat, 30 Desember 2011

cahaya cinta habib munzir al musawa

silahkan anda download di :
http://www.mediafire.com/?axdykg86varj59p

Belajar dari Keledai "Rabbana ma khalaqta hadza bathila "

Assalamualaikum wr.wb ...
Sahabatku rahimakumullah,
Pernahkan Anda mendengar pepatah yang mengatakan “Hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama dua kali.” Pepatah ini adalah suatu ungkapan kebodohan seseorang yang tidak mau mengambil hikmah dari kesalahan yang sama akan mirip seperti keledai. Keledai memang selalu diidentikkan dengan hewan yang bodoh. Namun kisah dibawah ini cerita lain tentang keledai..
Dikisahkan pada suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur yang cukup dalam. Sementara si petani, sang pemiliknya, memikirkan apa yang harus dilakukannya untuk menyelamatkan keledai tersebut. Akhirnya, petani tersebut meski berat hati memutuskan bahwa keledai itu sudah tua dan sumur itu juga perlu ditimbun karena berbahaya. Jadi tidak berguna menolong si keledai miliknya. Ia-pun kemudian mengajak tetangganya untuk membantu-nya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah dan memasukkannya ke dalam sumur.
Ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia berusaha meronta-ronta. Tetapi kemudian, ia menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang melihatnya.Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan.Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu. Si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, namun si keledai juga terus menguncangkan badannya dan kemudian melangkah naik. Si keledai akhirnya bisa meloncat dari sumur dan kemudian melarikan diri.
Sahabatku rahimakumullah,
Hikmah singkat yang bisa kita ambil di balik kisah diatas antara lain adalah, bahwa kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepada kita, segala macam tanah dan kotoran. Kotoran di sini adalah ibarat segala permasalahan hidup yang kita hadapi. Bukankah setiap hari kita menghadapi permasalahan-permasalahan yang terkadang membingungkan kita. Cara yang diambil oleh sang keledai untuk keluar dari “sumur” (kesedihan dan masalah) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran dan hati kita) dan melangkah naik dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan (pengalaman).
Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah ke depan. Kita dapat keluar dari ‘sumur’ yang terdalam dengan terus berjuang,jangan pernah menyerah! Guncangkanlah hal negatif yang menimpa dan melangkahlah naik !!!
Guncangkanlah diri Anda dari segala kebencian kepada sesama; Guncangkanlah pikiran Anda dari segala bentuk kecemasan. Guncangkanlah hati dan jiwa Anda agar dari segala kotoran (masalah) agar dapat keluar dari segala permasalahan yang Anda hadapi.
Sahabatku,
Keledai itu dalam kisah populer di atas telah memberi contoh yang baik dan manfaat bagi ikita. Dan tak ada salahnya, kita belajar dari keledai. Bukankah Allah swt berfirman,
“Rabbana ma khalaqta hadza bathila”,
“Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia.
Segala sesuatu yang telah diciptakan Tuhan dimuka bumi punya maksud dan tujuan tersendiri. Tidak luput dari sentuhanNya yang bersifat ar-Rahman dan ar-Rahim. Dan tentunya lewat keledai dan sang petani tersebut Tuhan mengajari hambaNya yang mau berfikir agar berusaha keluar dari kesulitan hidup.

Senin, 26 Desember 2011

Kisah Angin dan Monyet


Seekor monyet sedang berada di pucuk pohon kelapa.
Dan dia tidak sadar sedang di perhatikan oleh tiga macam angin yaitu Angin Topan, Angin Tornado dan Angin Bahorok.

Tiga angin itu rupanya sedang membicarakan siapa yang paling cepat bisa menjatuhkan si monyet dari pohon kelapa.

Angin Topan berkata "Saya hanya perlu waktu 45 detik"
Angin Tornado nggak mau kalah dan berkata "Kalau saya hanya 30 detik"
Angin Bahorok tersenyum dan berkata "15 detik juga akan jatuh monyet itu olehku"

Akhirnya satu persatu, ketiga angin itu maju.

Angin TOPAN yang pertama memulai aksinya,
Zzzyy.. dia meniup sekencang-kencangnya, Wuuusss…
Merasa ada angin gede datang, si monyet langsung memegang batang pohon kelapa, Dia pegang sekuat-kuatnya. Beberapa menit lewatlah sudah, si monyet pun tidak terjatuh. Angin Topan pun menyerah.

Giliran Angin TORNADO.
Wuuusss… Wuuusss…
Dia meniup sekencang-kencangnya. Tetapi monyet itu tidak terjatuh juga.
Angin Tornado juga menyerah.

Terakhir, Angin BAHOROK. Lebih kenceng lagi dia meniup.
Wuuuss… Wuuuss… Wuuuss… Si monyet malah makin kencang pegangannya, dan tidak terjatuh ke tanah.

Ketiga angin gede itu akhirnya mengakui, si monyet memang jagoan, tangguh dan
daya tahannya luar biasa.

Tidak lama kemudian, datanglah angin Sepoi-Sepoi.
Dia bilang mau ikutan menjatuhkan si monyet dari pohon.

Keinginan îτϋ di tertawakan oleh tiga angin lainnya. Tiga angin besar aja tidak bisa menjatuhkan monyet tersebut, apalagi yang sekecil ini anginnya.

Tanpa banyak bicara, angin SEPOI-SEPOI langsung niup ubun-ubun si monyet. Psssss…
Enak banget. Adem… Seger… Riyep-riyep matanya si monyet. Tidak lama kemudian tertidurlah monyet itu dan melepas pegangannya.

Akhirnya, monyet itu terjatuh ke tanah.
 
#Pesan Cerita :

Ketika kita di uji dengan KESUSAHAN…
Di coba dengan penderitaan…
Di dera malapetaka... Kita kuat bahkan lebih kuat dari sebelumnya...

Tapi jika kita diuji dengan KENIKMATAN... KESENANGAN... KELIMPAHAN...
Di sinilah kejatuhan itu terjadi.

Jadi, jangan sampai kita terlena...
Tetap rendah hati dan mawas diri, ingat kita hanya hidup sementara di dunia ini.
Dan jadilah manusia yang bijak dan tetap bersyukur.